DAMPAK PERGAULAN BEBAS DAN PENYAKIT TIMBUL

 

 

Nama: nadine feyruz chalisa

Kelas:XI MIPA 3

Dampak pergaulan bebas, penyakit/gangguan yang dapat terjadi pada sistem reproduksi dan teknologi pada sistem reproduksi.

Pergaulan Bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang. Istilah bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering muncul baik di lingkungan maupun di media massa.

Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik.Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu.

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS.Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil.

Ada beberapa faktor penyebab remaja memilih untuk melakukan pergaulan bebas seperti :

·        Tingkat pendidikan keluarga yang minim

Lingkungan keluarga adalah salah satu faktor kunci yang sangat memengaruhi tindakan dan perilaku remaja di masyarakat. Minimnya tingkat pendidikan di keluarga membuat remaja mudah terpengaruh pergaulan bebas. Tingkat pendidikan yang paling berperan dalam hal ini adalah pendidikan agama.Orang tua yang tidak melakukan pengawasan secara intens mengakibatkan remaja terjerumus tanpa tahu itu benar atau tidaknya. Contohnya adalah orangtua memberi izin anaknya untuk berpacaran, tapi orangtua tidak melakukan pengawasan.

·        Broken home

Selain tingkat pendidikan dalam keluarga yang minim, broken home juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan remaja terkontaminasi pergaulan bebas. Broken home tidak selalu dikaitkan dengan perceraian orang tua, tetapi keadaan rumah yang tidak nyaman juga bisa dikategorikan sebagai broken home.Umumnya keadaan broken home membuat mereka kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tua yang bermuara pada kurangnya pengawasan orang tua. Hal tersebut menyebabkan korban broken home mencoba mencari pelarian, salah satunya memilih untuk melakukan pergaulan bebas.

 

·        Ekonomi keluarga

Ekonomi keluarga yang kurang berkecukupan berisiko membuat remaja putus sekolah. Apalagi ditambah jika keluarga tidak mendukung dan tidak berusaha. Akibatnya, kurang ilmu dan pendidikan membuat remaja tanpa sadar terjerumus ke dalam pergaulan bebas.

 

·        Kondisi lingkungan

Terdapat sebuah pepatah yang mengibaratkan bergaul dengan tukang minyak wangi membuat kamu menjadi wangi, namun bergaul dengan tukang minyak tanah membuat kamu menjadi bau minyak tanah. Intinya adalah kondisi lingkungan akan memengaruhi karakter dan perilaku seseorang. Hindari meniru kelakuan buruk di lingkungan karena berpotensi akan menjerumuskan kita ke hal buruk tersebut. Maka dari itu penting untuk memfilter pertemanan agar tidak terjerumus ke pergaulan bebas.

 

·        Penyalahgunaan internet

Peredaran arus informasi di internet sangatlah masif dan tak terhindarkan. Remaja bisa mengakses apa pun yang ada di internet. Hal yang membuatnya berbahaya adalah risiko remaja meniru konten yang tidak pantas di internet. Oleh karena itu, pengawasan dari orang tua ketika remaja sedang berselancar di internet perlu dilakukan.

Dari pergaulan bebas yang telah mereka lakukan dapat tertular penyakit yang berhubungan dengan system organ intim seperti:

Deretan Penyakit pada Sistem Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ luar dan dalam. Organ reproduksi wanita bagian dalam meliputi vagina, rahim, saluran telur (tuba falopi), dan indung telur (ovarium). Sementara organ reproduksi wanita bagian luar terdiri dari vulva, kelenjar Bartholin, dan klitoris.

Beberapa penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering terjadi adalah:

1.   Endometriosis

2.   Radang panggul

3.   PCOS

4.   Miom

5.   Kanker pada organ reproduksi wanita

6.   HIV/AIDS 

Penyakit pada Sistem Reproduksi Pria

Pria juga memiliki sistem reproduksi yang berada di luar dan di dalam tubuh. Organ reproduksi pria yang terletak di luar tubuh meliputi penis, skrotum (kantong zakar), dan testis.Sedangkan organ reproduksi pria yang berada di dalam tubuh adalah epididimis, saluran vas deferens, saluran kemih, vesikula seminalis (kantung air mani), kelenjar prostat, dan kelenjar bulbourethral.

Deretan penyakit yang dapat menyerang sistem reproduksi pria:

1. Epididimitis

2. Orchitis

3. Gangguan prostat

4. Hipogonadisme

5. Masalah pada penis

Untuk mengobati penyakit sistem organ intim di perempuan yaitu HIV memiliki pengertian bahwa HIV/AIDS  (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Gejala HIV dan AIDS

Tahap Pertama:

  • Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
  • Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
  • Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

  • Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
  • Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
  • Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
  • Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

·         Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.

·         Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.

·         Merasa lelah setiap saat.

·         Sulit bernapas.

·         Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.

·         Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.

·         Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.

·         Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.


Pencegahan HIV dan AIDS 

·        Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal maupun anal.

·        Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.

·        Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.

·        Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.

·        Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

·        Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.


Komentar